Project Van Tiouw #1: "Dokumentasi" Tari Lenso

Negeri Tiouw, Saparua, Maluku Tengah.
Selasa, 10 Oktober 2017.

 Siang, tapi mendung. Kami -tim Ekspedisi Jalur Rempah Saparua, disambut meriah oleh basudara negeri Tiouw. Turun dari otto warna-warni, musik dari pengeras suara yang berada di pojok tenda halaman kantor negeri, berbunyi nyaring. Berbalut baju merah-abu-abu andalan tim EJR, kami berjalan rapi memasuki halaman berumput hijau yang pinggir-pinggirnya sudah dipenuhi oleh banyak orang, -tua, muda, laki-laki, perempuan, semua ada.

 Di area sebelah utara, berjejer rapi anak-anak yang kutaksir merupakan murid SD-awal SMP, mengenakan baju cele, seragam khas anak-anak Maluku dengan motif kotak-kotak berwarna merah agak muda dan putih. Saat tim EJR sudah persis bersebrangan dengan mereka, musik yang nyaring tadi dimatikan. satu. dua. tiga. empat detik, sunyi. pluk, suara tifa kemudian memecah kesunyian, disusul oleh harmoni suara anak-anak -yang sebagian besar perempuan- menyanyikan sebuah lagu. Rupanya lagu yang mereka bawakan adalah pengiring tarian 12 teman putri mereka yang mengenakan baju putih, dan kain merah sebagai bawahan. Namanya Tari Lenso.

 Tarian sambutan ini dibawakan dengan anggun, diiringin musik dan nyanyian sederhana, tapi berkesan dan mengundang haru bagiku. Siang itu, ada sedikit bulir air yang menetes dari kedua mata yang disebabkan oleh dua hal; pertama, terharu karena disambut oleh saudara yang baru pertama kali berjumpa; kedua, sedih karena tidak bisa ikut mendokumentasikan secara digital akibat telpon pintarku yang kehabisan daya.

(dipotret oleh bang Elvan de Porres)

 Tari Lenso....satu tarian anak maluku...manari lenso manise...


(menari dengan sapu tangan putih. Cr: Elvan)

 Sebenarnya, iringan lagu dari tari Lenso ini mudah untuk diingat, karena selama kurang lebih 9 menit kami disuguhi tari Lenso, lirik yang dibawakan merupakan pengulangan dari sebelumnya. Kesederhanaan iringan lagu tari lenso rupanya melahirkan rasa cinta, menjadi penghubung manis antara aku dan Maluku. Siang itu, dalam hati aku berjanji untuk menghafalkan lirik lagu iringan tari Lenso. 

Samarinda-Yogyakarta.
5-10 November 2017.


 Walau tidak pernah lengkap, aku selalu berusaha menyanyikan lagu iringan Tari Lenso. Lewat lagi ini, aku merasa selalu bisa mengingat Saparua -disamping lagu Tobelo tentunya. Tapi lama-lama bosan juga jika terus menerus melafalkan secara setengah-setengah. Akhirnya niat untuk menghafalkan lagu iringan ini tiba-tiba tumpah-ruah. Awalnya kuhubungi Wanda, Bang Ian (sebagai dua orang Maluku) dan Fikri (sebagai si tukang menulis lirik lagu) untuk membantuku, barangkali mereka bisa memberikan padaku lirik lengkap lagu iringan Tari Lenso. Sambil bertanya, aku mencoba berselancar di internet, tapi nihil. Beruntung ingatanku masih bisa diandalkan, kubuka kembali file-file yang didapat dari teman-teman EJR, sebab kuingat betul jika si Nurmi pernah merekam tari penyambutan ini. Hasilnya, tentu menyenangkan!

 Kutulis kalimat-kalimat yang muncul dari bibir-bibir mungil anak-anak Negeri Tiouw lewat video tari lenso yang kala itu direkam Nurmi. Sayangnya, ada beberapa kata yang sama sekali tidak kupahami walau sudah didengar berkali-kali. Dengan bantuan dari Wanda, aku berhasil melengkapi kata yang kosong dan dengan perasaan bahagia berhasil menyanyikan lagu iringan Tari Lenso secara lengkap. Sebagai informasi, aku mengalami kesulitan dalam menyerap kata-kata ini dengan sempurna; kadonci dan pung donci.

 Memang manusia, dasarnya merupakan makhluk yang sulit sekali merasa puas, maka aku pun juga begitu agar diakui sebagai manusia #hehe. Jadi, usai keberhasilan menulis lirik lengkap lagu iringan tari Lenso, masalah baru muncul; bosan jika menyanyi tanpa diiringi oleh alunan musik. Disini lah, project Van Tiouw #1 ini bermula.

 Ku hubungi Herlan yang berada di Samarinda sana, alasannya cuma satu: Herlan adalah pengiring gitar andalan tim Saparua. Ku ajak dia untuk membantuku membuat iringan gitar sekaligus menuliskan chordnya, karena sungguh aku tidak paham dengan dua hal ini. Beruntungnya, Herlan mengiyakan ajakan aneh-aneh dariku, dan berikut hasil kolaborasi jarak jauh kami.

begini lirik lagu iringan tari Lenso beserta chord gitarnya:

E                             A
Tari lenso, tari lenso sio datang dari

E
ambon

F#m B         E
Satu tarian, satu tarian anak maluku

A                                                                                     E
Lenggang balenggang, lenggang balenggang, balenggang dari sana

B                           A                                 E
Untuk menghibur, untuk menghibur hati yang susah

B A                             E        F#m B         E
Pukul tifa totobuang, totobuang dari rumah tiga. Manari lenso goyang badane, manari lenso manise

E                 A                                 E      F#m B                                                            E
Kapal tiga, kapal tiga sio datang dari sana. Kapal yang tengah, kapal yang tengah buat kadonci

A                                                             E     B                            A E
Sio nona tiga, sio nona tiga balenggang dari sana. Nona yang tengah, nona yang tengah sapa pung donci

B A         E        F#m B E
Pukul tifa totobuang, totobuang dari rumah tiga. Manari lenso goyang badane, manari lenso manise


(audio lengkap lagu iringan tari lenso, dinyanyikan oleh Linda dan Herlan)

Project Van Tiouw pertama ini memang diposting dalam blog Linda, tetapi merupakan karja dari banyak pihak, seperti:

1. Herlan sang gitaris yang sudah mau diajak LDP alias Long Distance Project bersamaku haha. Samarinda-Jogja tidak menghalangi kita untuk bikin project ala-ala, yha! Semoga project selanjutnya segera menyusul, doakan saja ya teman-teman semoga Herlan tidak kapok wkwk.

2. Nurmi yang sudah merekam acara penyambutan EJR Saparua, dimana salah satu videonya berisi tari Lenso full version dari anak-anak Negeri Tiouw. Video ini sangat membantuku dalam menuliskan lirik lagu, juga Herlan dalam mencari chord gitar.

3. Wanda yang sudah membantu membetulkan lirik lagu tari Lenso dari ku -yang masih butuh banyak belajar kosa kata bahasa Maluku.

4. Bang Elvan  yang banyak memotret momen di Tari Lenso. Berkatnya, kita bisa melihat secara visual bagaimana anak-anak negeri Tiouw, Saparua menari Lenso, tanpa perlu menerka-nerka lebih banyak.

5. Keluarga Van Tiouw-ku yang lain. Dimana mereka setiap hari selalu berkontribusi dalam memenuhi memori telepon dengan sapaan hingga foto-foto hina. Berkat kicauan kalian, Aku dan Herlan jadi semangat menyelesaikan misi ini, haha! Semoga kalian senang dengan ini :)

 Harapannya, apa yang diunggah dalam postingan ini dapat membantu dalam mendokumentasikan kearifan yang dimiliki Indonesia, khususnya pulau dua sampan kebanggan kami, Saparua. Semoga kedepannya makin banyak jejak digital tentang wajah Indonesia yang berhasil kami dokumentasikan!

(Nona van Tiouw menari Lenso manise. Cr: Elvan)


Salam Rindu untuk Maluku,

-Linda Fitria van Tiouw.

Komentar

Kisah lainnya

Terimakasih, Maluku, Aku Beruntung Menjadi Minoritas.

Dua Abad Perjuangan Nona dari Negeri Abubu, Martha Christina Tiahahu

Salam Manis dari Maluku